PRAGMATIC123 – Kemacetan di Tanjung Priok Nyaris Dua Pekan, Pakar Maritim: Tanda Sistem Logistik Bermasalah

Tanjung Priok, Jakarta Utara, yang sudah berlangsung sejak Rabu (6/4), bukan sekadar kemacetan biasa.
Pakar maritim dari Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas Strategic Centre (IKAL SC), Dr. Capt. Marcellus Hakeng Jayawibawa, menilai kondisi ini sebagai indikasi adanya persoalan serius dalam sistem logistik nasional.
“Persoalan ini lebih dari sekadar kemacetan musiman dan ini merupakan sinyal kegentingan sistem logistik nasional yang memerlukan perhatian serius,” ujar Hakeng di Jakarta, Jumat.
Menurutnya, masalah utama bukan hanya terletak pada infrastruktur pelabuhan yang belum memadai, tetapi juga lemahnya regulasi mikro serta minimnya koordinasi antar lembaga yang terlibat dalam tata kelola logistik nasional.
Kenaikan volume kendaraan, kata dia, tak dibarengi dengan sistem manajemen arus masuk yang adaptif dan efisien.
Hakeng juga menyoroti bahwa sistem digitalisasi yang dioperasikan PT Pelindo memang berjalan, namun pengaturan gate pass berbasis waktu secara real-time belum cukup efektif mengatasi lonjakan kendaraan yang masuk.
“Pelabuhan butuh sistem tata kelola yang berbasis data dan bersifat prediktif agar bisa mengantisipasi berbagai potensi kendala di lapangan,” tegasnya.
Data terbaru menunjukkan, aktivitas peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok pada kuartal pertama 2025 mencapai 1,88 juta TEUs (Twenty Foot Equivalent Units), naik 7,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dari jumlah itu, sekitar 1,3 juta TEUs berasal dari aktivitas ekspor-impor, sementara sisanya adalah pengiriman domestik.
Meski ada pertumbuhan yang signifikan, sistem bongkar muat di pelabuhan disebut Hakeng belum siap untuk menampung volume tersebut.
Salah satu masalah utama, menurutnya, adalah sistem penumpukan (stacking) di area container yard yang tidak akurat, sehingga waktu sandar kapal jadi lebih lama dan menyebabkan antrean truk logistik yang mengular keluar pelabuhan.
“PT Pelindo memang sudah menerapkan berbagai sistem seperti Terminal Operating System (TOS), autogate, dan gate pass berbasis waktu. Tapi implementasinya masih terhambat rendahnya tingkat kepatuhan dari para operator logistik,” jelasnya.
Hakeng menilai, antrean truk yang terus terjadi adalah cerminan bahwa persoalan logistik di pelabuhan jauh lebih kompleks dari sekadar urusan manajemen waktu masuk dan keluar kendaraan.
Ia menyebut Indonesia masih berkutat pada masalah klasik yang tak kunjung selesai: antrean panjang, tumpukan kontainer, keterbatasan infrastruktur, serta kurangnya sumber daya manusia yang mumpuni.
Sebagai solusi, ia mengusulkan penerapan sistem pre-booking gate time berbasis data real-time.
Archives
Categories
- No categories
Leave a Reply