PRAGMATIC123 – Tradisi Malam 1 Suro di Yogyakarta: Mubeng Beteng dan Lampah Ratri

Yogyakarta dan sekitarnya setiap tahun berkumpul untuk melaksanakan berbagai tradisi pada malam 1 Suro, malam pergantian tahun dalam Kalender Jawa.
Tahun ini, malam 1 Suro jatuh pada Kamis, 26 Juni 2025 dan diwarnai dengan berbagai ritual budaya dan spiritual yang telah diwariskan turun-temurun.
Bagi masyarakat Jawa, khususnya di Yogyakarta, malam 1 Suro dipandang sebagai malam keramat yang penuh makna spiritual.
Hari pertama bulan Suro dalam Kalender Jawa dianggap sebagai bulan suci dan menjadi momen refleksi untuk penyucian diri.
Dalam peringatan ini, masyarakat menunjukkan rasa syukur, memohon keselamatan, serta meneguhkan komitmen untuk menjaga warisan budaya leluhur melalui berbagai tradisi.
Tradisi Mubeng Beteng Keraton Yogyakarta
Tradisi Mubeng Beteng menjadi bagian penting dalam perayaan malam 1 Suro di lingkungan Keraton Yogyakarta.
Dilansir dari Kompas.com (26/6/2025), tradisi ini telah diwariskan sejak masa Sri Sultan Hamengku Buwono II.
Tradisi Mubeng Beteng pernah tercatat dilakukan pada tahun 1919 dengan membawa bendera pusaka Kanjeng Kiai Tunggul Wulung, sebagai bagian dari ikhtiar spiritual untuk menghentikan pandemi influenza.
Mubeng Beteng diduga sudah berlangsung sejak masa Kerajaan Mataram di Kotagede. Pada awalnya, prosesi ini dilakukan oleh prajurit dengan alasan keamanan.
Namun, setelah dibangunnya parit-parit di sekeliling beteng, tugas Mubeng Beteng dialihkan kepada para abdi dalem. Mereka berjalan membisu sambil membaca doa-doa dalam hati sebagai permohonan keselamatan.
Prosesi Mubeng Beteng berlangsung dengan berjalan kaki mengelilingi benteng Keraton Yogyakarta sejauh kurang lebih 4 kilometer.
Kegiatan dimulai dari Bangsal Pancaniti, diawali dengan pelantunan tembang macapat oleh para abdi dalem. Tembang-tembang tersebut mengandung doa dan harapan untuk keselamatan serta kesejahteraan masyarakat di tahun mendatang.
Peserta Mubeng Beteng tidak hanya terdiri dari kalangan abdi dalem, tetapi juga masyarakat umum dan perwakilan dari masing-masing kabupaten/kota di wilayah DIY.
Rute perjalanan dimulai dari Bangsal Pancaniti dan berakhir di Alun-Alun Utara.
Dalam prosesi ini, seluruh peserta diwajibkan untuk menjaga keheningan total, tidak berbicara selama perjalanan.

Archives
Calendar
M | T | W | T | F | S | S |
---|---|---|---|---|---|---|
1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | |
7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 |
14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 |
21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 |
28 | 29 | 30 | 31 |
Categories
- No categories
Leave a Reply